Rabu, 05 Mei 2010

akal cerdik menyelamatkan hutan


Kancil yang cerdik itu telah lama menjadi pengembara. Ia berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mengamalkan kecerdikannya demi membantu sesama dan membuat mereka bahagia. Matahari baru saja muncul di ufuk timur. Kini ia sampai di Pulau Kalimantan. Tepatnya di hutan Kalimantan.

“Brummmm…..brummm!!” terdengar suara deru mesin bersahutan, kemudian suara pohon-pohon yang tumbang membuat suasana hutan semakin riuh. Hewan-hewan hutan berlarian. Burung-burung beterbangan. Kancil bertanya-tanya dalam hati ’’Apa yang sebenarnya sedang terjadi ?’’ setiap hewan yang ia tanyai selalu saja tidak menjawab. Hanya dari wajah-wajah mereka tampak sangat ketakutan.

Dalam kebingungannya sampailah Kancil di Kampung orangutan. Pertama kali ia menjumpai Pak Rangu, seekor Orangutan besar, pemimpin kampung orangutan.

“Apa yang sebenarnya terjadi, Pak?” tanya Kancil.

“Sudah beberapa tahun ini kami warga Kampung Orangutan dan juga seluruh warga hutan sangat terganggu dengan adanya para penebang kayu yang dengan sembarangan menebangi pohon-pohon di hutan ini. Sehingga lama kelamaan kampung kami bertambah sempit. Tempat bermain anak-anak tidak ada dan penduduk selalu dicekam ketakutan oleh bunyi mesin yang selalu meraung-raung..” Jawab Pak Rangu mengisahkan tentang permasalahan yang sedang dihadapi kampungnya.

“ Mengapa kalian tidak melawan ? “ tanya Kancil

“Pernah suatu saat mereka mencoba melawan, namun sia-sia mereka justru banyak yang tertangkap dan dibawa ke kota. Kini kami hanya dapat pasrah menerima keadaan yang ada. Dan menyaksikan perlahan-lahan kehancuran kampung kami.” Jawab Pak Rangu sambil matanya berkaca-kaca.

Kancil merasa sangat kasihan menyaksikan nasib yang sedang dialami oleh Kampung Orangutan. Kancil kemudian mencari cara untuk membantu para penduduk Kampung Orangutan. Ia berfikir sambil berjalan-jalan menelusuri hutan. Dilihatnya hutan yang sebagian telah rusak akibat ulah manusia tidak bertanggung jawab. Tiba-tiba…

“Aha…., aku dapat ide. Bukankah seluruh warga hutan merasakan kerusakan ini? Dan bukan hanya warga Kampung Orangutan?” kata Kancil sambil melompat kegirangan. Kembali menemui Pak Rangu untuk membicarakan rencananya.

“Pak Rangu, bukankah seluruh warga hutan juga merasakan penderitaan ini?” Tanya Kancil.

“Benar, Cil. Semua warga hutan merasakannya. Namun mereka juga tidak dapat berbuat banyak menghadapi manusia yang lebih kuat. Hampir semua kampung hewan di hutan ini pernah mencoba melawan, tetapi sia-sia hasilnya.” Jawab Pak Rangu.

“Itu karena mereka melawan sendiri-sendiri Pak” kata Kancil selanjutnya.

“Iya, Cil. Tiap kampung hewan melawan sendiri-sendiri.” Kata Pak Rangu.

“Kita membutuhkan persatuan dan kesatuan untuk melawan musuh yang kuat.” Kata Kancil.

“ Maksudmu apa, Cil?” Tanya Pak Rangu.

“Aku akan mengumpulkan seluruh warga hutan untuk melawan para penebang itu.” Kata Kancil.

“Aku setuju, Cil dan aku bersedia menyiapkan tempat pertemuan itu di kampung orangutan ini.” Kata Pak Rangu menyambut ide Kancil.

Pertemuan pun berlangsung, banyak ide yang muncul dari warga hutan hingga pada akhir pertemuan itu tersusunlah sebuah strategi yang bagus untuk melawan para penebang hutan itu.

Malam itu jangkrik dan burung malam ditugaskan tetap berbunyi agar para penebang hutan yang berada di tenda-tenda itu tidak curiga. Seluruh warga hutan kembali berkumpul di Kampung Orangutan mereka telah siap dengan tugas masing-masing. Mereka tidak bermaksud melukai, tetapi hanya bertujuan menakut-nakuti hingga mereka kapok dan tidak kembali ke hutan ini. Malam berganti subuh. Para penebang itu masih terlelap tidur di tenda-tenda mereka. Seranganpun dimulai. Barisan pertama adalah pasukan warga monyet yang bertugas mengagetkan para penebang dengan teriakan-teriakan yang keras. Rencana satu berhasil. Semua penebang kaget dan terbangun. Tidak lama kemudian disusul pasukan ular yang bertugas menyerang masuk ke tenda-tenda pemburu. Para pemburu pun ketakutan. mereka berlari kalang kabut keluar dari tenda-tenda mereka. Belum sempat mereka berlari menjauh, tiba-tiba pasukan gajah datang dan memporakporandakan tenda-tenda serta mesin-mesin mereka. Para penebangpun mulai marah. Beberapa dari mereka mengeluarkan senapan dan hendak menembak para binatang, namun pasukan semut yang jumlahnya paling banyak di hutan itu telah bersiap di rumput-rumput dan pohon-pohon. Semut-semut itu kemudian menyerang dan menggigit para penebang hutang yang hendak membidik hewan dengan senapan sehingga bidikannya meleset. Tanpa diduga-duga pasukan harimau yang tadinya sengaja tidak dihubungi kancil ternyata turut datang membantu dan mengejar para penebang itu sampai keluar hutan Kini tugas terakhir adalah pasukan burung beo yang bertugas memperingatkan para penebang, karena burung beo-lah yang dapat bercakap dengan bahasa manusia.

“Hai manusia-manusia serakah dan bodoh. Jika kalian ingin selamat, jangan lagi kalian merusak hutan karena bukan hanya kami yang akan menyerang kalian, tetapi hujan yang menjadi banjir dan tanah yag menjadi longsor juga akan menyerang dan menguburkan kalian kalian.” Teriak burung beo dengan lantang.

Akhirnya selamatlah hutan dari para penebang semua warga hutan bergembira dan berterimakasih kepada Kancil yang telah menyelamatkan hutan dan warganya dari serangan manusia-manusia yang serakah. Kancil kemudian melanjutkan perjalanannya untuk menolong sesama di tempat yang lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar